BUDIDAYA TANAMAN CABAI


CARA BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH

Selamat datang diblog saya. Kali ini saya akan membagikan cara budidaya tanaman cabai intensif, bagi sobat2 pemula yang belum tau. Simak caranya dibawah ini :


1. SYARAT TUMBUH TANAMAI CABAI
Tanaman cabe merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik, sehingga mudah tumbuh dengan baik di berbagai lahan seperti daerah persawahan, tegalan, dataran tinggi / pegunungan, daerah kering, daerah pantai. Pengusahaannya juga dapat dilakukan pada musim kemarau, musim hujan maupun rendengan. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, maka kita perlu memperhatikan beberapa faktor syarat pertumbuhan cabe optimum diantaranya adalah sebagai berikut:

2. JENIS TANAH
Tanaman cabe pada umumnya memiliki pertumbuhan yang baik pada tanah yang memiliki banyak bahan organik, bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat,  tidak terlalu porus dan tidak becek, bebas hama cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.

3. DERAJAT KEASAMAN (pH)
Tanaman  cabe dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5.5 - 6.8 dan pH optimum 6,0-6,5. Tanah dengan derajat keasaman yang tinggi ( < pH 5.5) dapat diperbaiki dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH optimum. Sedangkan pada kondisi tanah dengan pH tinggi / basa, maka dapat dilakukan dengan penambahan belerang (S). 

4. AIR
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman. Air sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan proses respirasi (pernafasan) tanaman. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.Sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang.

5. IKLIM
Faktor iklim juga merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam budi daya cabe. Faktor iklim tersebut meliputi: angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Pengetahuan tentang iklim sangat penting dalam usaha agrobisnis. Iklim mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadwalan budidaya pertanian, dan teknik budidaya yang dilakukan petani. Perubahan iklim mikro, sangat berpengaruh terhadap tanaman cabe. Tanaman cabe akan tumbuh optimal pada iklim dengan curah hujan berkisar 1.5002.500 mm per tahun dengan distribusi merata, suhu udara 1632°C. Hujan yang terlalu deras dapat mengakibatkan bunga banyak yang rontok dan gagal mengalami penyerbukan.
Tanaman cabe memerlukan kelembaban relatif 80% dan sirkulasi udara yang lancar. Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri. Untuk mengurangi kelembaban yang tinggi jarak tanam diperlebar dengan sistem tanam segitiga (zigzag) dan gulma-gulma dibersihkan.
Penyinaran matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Intensitas cahaya yang cukup dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25-30 ˚C. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28˚C . Pada suhu <15 atau="atau" span="span" style="mso-spacerun: yes;">  >32 ˚C, buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Lamanya penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabe antara 10-12 jam/hari,

A. TEKNNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI

1. Pemilihan Lahan
Lokasi yang tepat menentukan keberhasilan budidaya tanaman cabe. Oleh karena itu, sebelum melakukan budidaya tanaman cabe perlu dilakukan analisis pemilihan lahan secara tepat baik secara teknis maupun kelayakan ekonomis. Secara umum, cabe dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan air laut.

2. Pengolahan Tanah
Tanah sebagai media tumbuh tanaman cabe, sebelum ditanami harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi gembur sesuai untuk perkembangan akar tanaman, menstabilkan peredaran air, peredaran udara dan suhu di dalam tanah. Tahapan-tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
a-   Pembersihkan gulma.
Sisa-sisa tanaman atau perakaran dari gulma atau tanaman sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu. Selain itu, lahan juga harus dibersihkan dari sampah-sampah plastik, kaleng, dan lain-lain.
b-   Pembajakan atau pencangkulan.
Pembajakan atau pencangkulan dilakukan kurang lebih sedalam 40 - 60 cm, kemudian diangin-anginkan selama 7 - 10 hari. Sebelum dibajak lahan digenangi air sehari semalam agar tanah menjadi lunak.
c-   Pengeplotan bedengan.
Untuk membuat bedengan, maka lahan  diplot terlebih dahulu dengan menggunakan benang ditarik memanjang ukuran 9-13 m, lebar 100 - 120 cm. Sedangkan tingginya 30 - 40 cm (penanaman pada musim kemarau), 50-70 cm (untuk musim hujan atau lahan persawahan), lebar parit 40-50 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm (penanaman pada musim hujan). Lahan yang memiliki curah hujan tinggi diusahakan memiliki sistem drainase yang baik, oleh karena itu parit dibuat lebih lebar sehingga tanah tidak mudah becek. Air yang menggenang menyebabkan penyakit busuk akar dan berbagai penyakit lainnya yang dapat menyebabkan menurunkan produktifitas tanaman.

d-   Pemupukan Dan Pengapuran.
Pemupukan dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi atau kompos) yang telah matang sebanyak 1,0 - 1,5 kg/tanaman. Pada tanah dengan pH rendah < 5.5 (masam), dilakukan penambahan kapur pertanian sebanyak 100 - 125 gram/tanaman. Selain pupuk kandang, dilakukan pula pemupukan kimia per bedengan 13 meter diperlukan kurang lebih 4 kg, yang terdiri atas perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 KCL. Tiap 100 kg pupuk campuran tersebut ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan.

e-   Pengadukan.
Pengadukan atau pencampuran tanah, pupuk kandang, pupuk kimia dan kapur pertanian hingga merata sambil dibalik-balik, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama kurang lebih 1-2 minggu. Pengadukan dapat menggunakan alat sederhana yaitu cangkul.

3. Pembuatan Bedengan
Setelah dilakukan pengadukan pupuk dan kapur, langkah selanjutnya adalah membuat bedengan sesuai plot dengan tinggi kurang lebih 30-40 cm pada lahan kering, 50-70 cm pada lahan basah seperti persawahan. Antar bedengan dibuatkan parit untuk drainase.

4. Pemasangan Mulsa
Penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) pada sistem pertanian adalah merupakan upaya perbaikan teknik budidaya secara intensif sehingga dihasilkan panen yang lebih optimal. Mulsa plastik berfungsi untuk mengendalikan penguapan air, mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

5. Pembuatan Lubang Tanam
Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 7-10 hari agar unsur hara dengan pupuk bereaksi dan segera dapat diserap tanaman. Sehari sebelum penanaman, lubang tanam harus sudah dipersiapkan dengan ukuran diameter kurang lebih 10 cm. Jarak antar tanaman kurang lebih 60 x 60 cm atau 70 x 70 cm.

6. Persemaian Benih
Dalam usaha budidaya cabe, salah satu faktor yang menentukan hasil panen yang maksimal adalah tersedianya bibit yang berkualitas. Oleh karena itu penting sekali mengetahui dan memilih bibit yang berkualitas. Teknik penyemaian biji cabe dapat dilakukan dengan menggunakan kotak persemaian, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll.  Langkah awal dalam proses pembibitan cabe adalah benih yang sudah siap direndam air hangat terlebih dahulu kurang lebih 30 menit, kemudian direndam sehari semalam dalam larutan perangsang akar.  Benih yang mengapung setelah direndam harus dibuang, karena benih tersebut pertumbuhannya tidak akan maksimal. Kemudian benih yang layak semai dibungkus dengan kain basah dan dibiarkan sehari semalam lagi. Keesokan harinya benih disemaikan di media semai yang sebelumnya telah disiapkan. Media semai yang digunakan berupa tanah gembur yang dicampur pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan 1:1, ditambahkan pupuk NPK. Masukan media persemaian ke dalam plastik berdiameter 3 cm, tingginya kurang lebih 5 cm, kemudian basahi media tanam dengan larutan perangsang akar hingga lembab. Selanjutnya, semaikan benih satu per satu ke plastik kecil tersebut. Jika menggunakan kotak persemaian, maka benih yang telah siap dapat langsung ditebarkan secara merata pada kotak persemaian tersebut yang telah diisi dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang.

7. Penanaman
Setelah umur bibit di persemaian 17-21 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke lahan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi sebelum terik matahari atau sore hari. Jarak tanam dapat bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk pertanaman sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zig zag). Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabe telah berumur 20-25 hari atau berdaun 3 - 4 helai.

8. Pemasangan Ajir / Lanjaran
Cabe hibrida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah maka diperlukan tiang lanjaran. Tiang lanjaran yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan bambu yang dibelah. Lanjaran atau ajir harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada saat tanam atau maksimal 1 (satu) bulan setelah penanaman.

9. Penyulaman
Bibit atau tanaman muda yang mati atau terserang penyakit harus diganti atau disulam. Bibit sulaman yang baik diambil dari tanaman yang sehat dan tepat waktu (umur bibit) untuk penanaman. Penyulaman dilakukan pada minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua. Sebaiknya penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.

10. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing 30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam melalui lubang yang dibuat antar tanaman.

11. Perempelan
Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas produksi. Bagian yang dirempel yaitu tunas samping, yang keluar di ketiak daun pada saat tanaman
berumur 10-20 hari. Perempelan dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk percabangan utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama, sekitar umur 18-22 hari setelah tanam untuk dataran rendah, dan 25-30 hari setelah tanam untuk dataran tinggi.

12. Pengairan / Penyiraman
Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi tanaman cabe. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali) yaitu, pada fase vegetatif < 40 HST (hari setelah tanam). Sistem pengairan dapat dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke mulsa plastik melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah tempat tanaman cabe.

13. Penyiangan Gulma
Gulma atau tanaman pengganggu harus senantiasi dibersihkan dari semenjak masa tanam hingga masa panen. Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu harus dilakukan secara rutin misal seminggu sekali. Gulma merupakan menjadi pesaing tanaman cabe untuk mendapatkan unsur hara, air, maupun sinar matahari. Kalau tidak dilakukan penyiangan/pembersihan gulma secara rutin maka akan mudah menjadi sarang hama maupun penyakit.

14. Pemasangan Tali Penyangga
Setelah tanaman tumbuh menjadi besar dan mulai berbunga, maka dibuatkan tali penyangga tanaman antar bedengan. Tali diikatkan pada tiang ajir tingginya disesuaikan tinggi tanaman yang fungsinya agar tanaman lebih teratur dan memudahkan ketika melakukan pemanenan.

15. Panen
Panen dapat dilakukan secara manual yaitu dengan pemetikan, hasilnya ditampung dengan menggunakan ember. Cabe yang busuk atau terserang penyakit dipisahkan.